Mengunjungi Sumatera Utara tak lengkap rasanya bila tak mengunjungi museum dan makam para raja di sana. Karena selain terkenal dengan Danau Tobanya, budaya Batak yang begitu kental juga menjadi daya tarik tersendiri untuk mengunjungi kota ini. Salah satu museum yang aku kunjungi selama berada di Sumatera Utara adalah TB Silalahi Center.
TB Silalahi Center terletak di Jalan Pagar Batu no. 88, Desa Silalahi, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir. Didirikan pada tanggal 7 Agustus 2006 dan diresmikan pada tanggal 17 April 2008 oleh Letjen (Purn.) Dr. Tiupan Bernhard Silalahi. Beliau mendirikan museum ini untuk memotivasi anak muda generasi sekarang bagaimana seorang anak penggembala kerbau sukses menjadi seorang jenderal.
Cukup membayar tiket masuk seharga sepuluh ribu, kita bisa menjelajah TB. Silalahi Center ini sampai puas. Memasuki halaman, kita akan disambut oleh patung Dr. TB. Silalahi yang berdiri gagah di samping seekor harimau. Adapula helikopter serta tank komando yang pernah digunakan oleh Dr. TB. Silalahi selama bertugas di militer.
Memasuki ruang pameran museum, kita bisa melihat benda-benda koleksi pribadi Dr. TB Silalahi yang digunakan selama karirnya di militer dan saat menjabat sebagai menteri.
Huta Batak
Berjalan di area kompleks museum, kita dapat melihat Huta Batak. Namun, sebelum memasuki Huta Batak, di area depan terdapat Rumah Tongkonan yang merupakan rumah adat Suku Toraja. Mengapa terdapat Rumah Adat Tongkonan di tengah Museum Batak? Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara Suku Batak dan Suku Toraja. Menurut Teori Heine-Geldern, hal ini dikarenakan bekas kebudayaan Dongson* ditemukan di Tanah Batak dan Tanah Toraja. Ini tampak pada arsitektur rumah adat, ukiran, hiasan rumah, serta lukisan-lukisan magis.
Benda dan bangunan yang terdapat di Huta Batak ini merupakan sebuah rekonstruksi Kampung Batak pada zaman dahulu. Di dalamnya terdapat Ruma dan Sopo yang saling berhadapan dan telah berusia ratusan tahun. Kedua bangunan ini sekilas terlihat mirip, namun memiliki fungsi yang berbeda. Ruma merupakan tempat tinggal, sedangkan Sopo adalah tempat untuk melakukan kegiatan sehari-hari, menjamu tamu, menyimpan padi, dan tempat tinggal tamu yang menginap.
Museum Batak
Museum Batak adalah museum budaya yang bertempat di Kompleks TB Silalahi Center. Museum ini didirikan oleh Dr. TB. Silalahi dan diresmikan di Balige pada 18 Januari 2011 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Banyak hal menarik mengenai nilai-nilai filosofis budaya Batak yang bisa ditemukan di tempat ini. Di lantai bagian bawah museum, terdapat prasasti-prasasti unik yang sebagian besar berasal dari wilayah Batak Toba dan berkaitan dengan kebudayaan Batak zaman dahulu yang masih menyembah berhala dan menganut kepercayaan kepada arwah leluhur serta benda-benda mati.
Ruang Pameran Museum Batak
Berjalan menuju ruang pameran, kita akan disuguhkan oleh arsitektur bangunan yang simetris. Tak hanya itu saja, jika memandang keluar jendela, mata akan dimanjakan oleh keindahan Danau Toba. Sungguh luar biasa!
Ada beberapa ruang pameran di lantai ini. Di ruang pameran Batak Toba, kamu bisa melihat bagaimana sejarah meletusnya Gunung Toba yang menyebabkan terbentuknya Danau Toba dan bagaimana letusannya mengubah dunia 74 ribu tahun yang lalu.
Tak hanya itu saja, kita dapat melihat berbagai ikon Batak berupa kain ulos, musik gondang, aksara Batak, seni pahat batu dan kayu, tortor, silsilah Raja Batak, dan sebagainya.
Di ruangan lain, dijelaskan bahwa terdapat 6 jenis puak Batak, yaitu Mandailing, Karo, Pakpak/Dairi, Toba, Simalungun, dan Angkola. Keenam puak Batak tersebut bermukim di kabupaten yang berbeda dan memiliki marga, kebudayaan, dan bangunan rumah dengan ciri khas masing-masing.
Makam Sisingamangaraja XII
Sekitar 150 km dari TB Silalahi Center, terdapat Makam Raja Ompu Pulo Baru Patuan Bosar Sinambela atau lebih dikenal dengan Sisingamangaraja XII. Pada masa mudanya, ia pernah lama tinggal di Aceh dan belajar strategi perang di sana. Sisingamangaraja XII wafat pada 17 Juni 1907 bersama kedua putranya, Patuan Nagari dan Patuan Anggi, serta putrinya, Lopian, saat melakukan perlawanan dengan pemerintah kolonial Belanda di kaki Gunung Sitapongan. Sisingamangaraja XII kemudian dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Soekarno pada tahun 1962.
* Kebudayaan zaman perunggu yg berkembang di Dongson, Vietnam