Mentari telah kembali ke peraduan, namun kami baru saja tiba di Pantai Taman yang terletak di Desa Hadiwarno Kecamatan Ngadirojo, Pacitan. Terlambat sudah untuk menikmati flying fox terpanjang di Indonesia ini, karena wahana tersebut sudah tutup sekitar pukul 4 sore. Tak putus asa, Kak Mela dan Kak Philips sebagai contact person trip kali ini mencoba bernegosiasi dengan petugas flying fox agar kami bisa menikmati wahana tersebut.

Beruntung, petugas flying fox memberikan tawaran untuk bisa menikmati wahana tersebut esok harinya pukul 6 pagi. Padahal jam operasional baru dimulai pukul 8 pagi. Ya, ini dikarenakan waktu yang kami miliki begitu terbatas. Kereta kami akan bertolak dari Jogja menuju Jakarta pukul setengah 4 sore, sedangkan waktu tempuh Jogja-Pacitan adalah 5 jam. Jadi, kami harus meninggalkan Pacitan setidaknya pukul 9 pagi.

Sebelum mengambil suara terbanyak apa yang akan kami lakukan selanjutnya, apakah menginap di Pacitan atau kembali ke Jogja malam itu juga, kami mampir sebentar ke sebuah konservasi penyu di Pantai Taman.

DCIM101GOPROGOPR5852.
Pintu masuk konservasi penyu di Pantai Taman

Dengan membayar tiket masuk seharga dua ribu rupiah, kita akan diberikan penyuluhan bagaimana cara memindahkan telur penyu ke penetasan semi alami di balai konservasi, kemudian melepasliarkan kembali tukik yang telah menetas ke laut. Kita juga bisa mengetahui ancaman-ancaman apa saja yang mengintai tukik yang baru lahir ini, sehingga banyak dari antara bayi-bayi ini yang tak bisa bertahan hidup hingga menjadi penyu dewasa.

DCIM101GOPROGOPR5873.
Bayi penyu; biasa disebut tukik

Di balai konservasi ini, terdapat 5 ekor penyu dewasa yang kurang lebih berusia 3-4 tahun. Jenis penyu yang paling banyak ditemukan di tempat ini adalah Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) yang biasa hidup di perairan hangat dan tropis.

DCIM101GOPROGOPR5862.
Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea)

Setelah menghabiskan waktu untuk melihat konservasi penyu, akhirnya pengambilan suara dilakukan. 15 orang sepakat untuk tetap tinggal di Pacitan, sedangkan yang lain memilih kembali ke Jogja untuk menjelajahi kota pelajar tersebut. Aku sendiri bergabung bersama teman-teman yang menginap di Pacitan untuk mencoba flying fox terpanjang di Indonesia ini. Yeay! Rasanya sudah tak sabar menunggu hari esok.

Usai berpamitan dengan teman-teman yang akan kembali ke Jogja, kami segera berjalan menuju rumah Kepala Dusun Taman. Dengan rendah hati, beliau menawarkan kediamannya untuk tempat kami bermalam. Rumah yang disediakan pun cukup luas dan dekat dengan kamar mandi umum. Terima kasih banyak, Pak!

a221d086-af7a-4fd1-9cc6-653d35459e5c
Berfoto bersama di depan kediaman Kepala Dusun Taman (photo: Ko Aan)

 

Esok paginya tepat pukul 6, kami segera berangkat menuju Hutan Keabadian. Dari sini, kita harus menanjak ke atas bukit selama kurang lebih 15 menit. Bukit ini merupakan starting point untuk menikmati flying fox dengan panjang kurang lebih 450 meter dari ketinggian 74 meter. Ada satu hal yang perlu diperhatikan jika ingin mencoba wahana ini, yaitu berat badan tidak boleh lebih dari 100 kilogram

DCIM101GOPROGOPR5848.
Hutan Keabadian

Selama meluncur, kita bisa melihat keindahan Pantai Taman dengan pasir cokelatnya yang membentang luas dan bukit-bukit yang berjejer di sekeliling pantai. Hayooo, ada yang berani nyobain flying fox di sini?

2017-02-19-21-52-04_deco
Flying fox dengan view Pantai Taman (photo: Hamim)

Contact Person Flying Fox Pantai Taman : Tri 085233974700

Recommended Posts