Salahkah Aku?
Kemana gentar ini mengadu ketika mereka sibuk mengolok-olokku?
Dibasung raga berujung tumbang, dicucuk rokok menetap perih
Aku berjalan terseok-seok di atas tanah basah. Kaki kanan bagian depanku patah. Terserempet motor dua atau tiga bulan yang lalu. Tak ada yang peduli. Aku harus tetap berjuang sendiri.
Tubuhku melunglai di bawah derap hujan yang turun sejak semalam. Sejak itu pula tak ada makanan menjejali perutku. Ingin mengais tempat sampah, tapi hujan mengurungkan langkah. Aku lapar.
“Pergi sana!” Di sebuah rumah makan, aku hendak berteduh. Sembari mengharap sisa makanan dari orang di sana.

Aku mendekati kaki seseorang lalu terduduk diam. “Meooong”, ucapku. Tiba-tiba sebuah kaki dengan otot-otot yang terlihat kuat menendang tubuh bagian kananku. Argh! Sakit… Sakit sekali…
Tertatih-tatih, aku keluar dari rumah makan. Di pojoknya aku berdiri. Memandangi hujan yang tak kunjung reda. Petrichor memenuhi penciumanku.
Petir menyambar sesekali. Kilat menari-nari di langit. Bulu-bulu di tubuhku basah. Cipratan air hujan yang turun dari atap rumah makan membuatku semakin menggigil.
Di kejauhan, seekor kuda berlari. Seorang manusia duduk di kursi belakangnya. Kuda itu menarik kursi dengan tergopoh-gopoh. Kadang langkahnya melambat, lalu tubuhnya dipecuti. Cemeti itu melayang-layang di udara. Kuda pun berlari semakin kencang. Di tengah derasnya hujan yang mengguyur Jakarta sore itu. Tidakkah ia kelelahan? Tidakkah ia kedinginan? Tidakkah pukulan itu sakit?
Kuda itu semakin jauh dari pandangan. Aku tersadar. Hawa dingin kembali menusuk. Aku meringkuk, memeluk erat tubuhku. Berharap ia menjadi hangat. Tapi, cipratan-cipratan hujan seakan tak peduli. Ia terus menembaki badanku yang tengah menggigil.

“Kruuukkk…” Perutku berbunyi. Ah ya, aku masih belum mengisinya.
Aku mengintip ke dalam rumah makan. Orang yang menendangku masih di sana. Aku hanya mengharapkan makanan. Sisa pun tak apa. Tapi tendangan yang kudapatkan. Salahkah aku?
Aku kembali meringkuk. Tubuhku tak berhenti gemetar. Di… Dingin….
Tiba-tiba, seorang anak kecil berlari mendekat ke arahku. Ia mendekatkan punggung tangannya. Ragu, aku menciumi baunya.
“Ayah! Ibu! Ada kucing kecil di sini. Dia pasti kedinginan karena hujan.”
Dua manusia lain datang mendekati anak kecil itu. Seseorang yang dipanggilnya ayah mengambil sehelai sapu tangan. Ia mendekatiku. Mengusapkan sapu tangan pada tubuhku yang basah. Ah, hangat. Tapi, tidakkah ia takut sapu tangannya kotor?
“Kita keringin kucingnya ya, biar enggak kedinginan.” Ia berbicara sembari tersenyum pada anaknya.
“Ayah, kucingnya mendengkur ya?” Anak kecil itu bertanya pada ayahnya yang dibalas dengan senyum dan anggukan.
Ibu anak itu terlihat sibuk merogoh tas kecilnya. Ia kemudian mengeluarkan sebuah pouch. Ah, bau makanan! Ia menuangkannya di hadapanku. Perut yang terasa lapar membuatku tak sabar menyantapnya.
“Rrr rrrr…” Aku melahap habis semua makanan itu. Mereka tertawa.
“Kucingnya makan lahap sekali ya, Nina.” Kata sang Ibu. Nina terlihat menyengir. Ia kemudian mengangkat kedua tangannya. Tak lama, Ayah dan Ibunya membalas. High five!
“Kakinya patah… Bulunya berdiri dan perutnya buncit. Ayah khawatir dia cacingan atau punya masalah panggul. Dan ada beberapa titik hitam di sini. Kayak bekas sundutan rokok” Ayahnya membuka suara sembari mengamati tubuhku.
“Sakit ya?” Anak kecil itu kemudian memelukku.
Aku tak mengerti apa yang dikatakannya. Yang kutahu, tiba-tiba saja rasa hangat menjalar di tubuhku.

Jakarta, 2018
febi
haha.. gw suka kucing, jadi sukaa sama cerita ini..
Dari beberapa cerita orang yang melihara kucing, mereka bisa ngerasain kalo kucing yang udah dirawat dari kecil itu bisa bales kebaikan pemiliknya π
Btw, cerita ini ada kelanjutannya?
Rivai Hidayat
Hiks, ada cerita kucing.
Dulu pernah punya kucing, tapi meninggal dan hilang.
Sekarang lebih sering ngasih makan kucing yang main ke rumah aja
Ifa Mutia
Saya suka kucing, tapi belum terpikir buat cerita tentang kucing.
Nice story..
Eka Rahmawati
Jujur aja aku fobia kucing, dan selalu ngerasa gak nyaman kalau ada kucing didekatku. Biasanya kalau mau ngasih makanan ke kucing kampug yang datang ke rumah, aku minta tolong ibu buat bantu ngasih makanan ke kucing.
Baca tulisan Mba Lisa, aku jadi kepikiran sama tingkah aku ke kucing. gak pernah kasar sih sama mereka. Cuma suka ngusir kalo dia terlalu dekat, karena masalah fobia kucing ku itu π
inna
Terus terang aku ga suka kucing, sampai pernah suatu hari tetanggaku iseng,!dia panggil aku di depan rumah terus pas aku keluar, dia lemparkan kucingnya ke aku, beneran ku nangis, marah sama tetanggaku itu. Sampai sekarang juga kalau ada kucing aku pindah aja atau minta dipindahkan kucingnya gitu . Ga tau kenapa ? Salahkah aku tidak menyukai kucing?
Retno Nur Fitri
haii Nina kamu anak yang baik sekali, tolong jaga dan rawat kucing itu dgn baik yah.. perasaan sedih diawal tapi terharu pas baca akhir dari cerita ini, jadi inget Emeng kucingku yg udah mati
Bayu Fitri
Kucing itu lucu tp suka ngeselin krna dirmh sy kucing tetangga suka pup di kaca mobil sy ..hadeuh jadinya sy suka sambitin deh.tuh kucing ..
Rara
Ini ternyata rasanya digantung, padahal aku sedang menikmati ceritanya huhu
Antin Aprianti
Baru sadar kalau tokoh utamanya kucing setelah baca beberapa paragraf, padahal jelas-jelas udah ada gambarnya yak hehe
Kreatif sekali kak, baca ini aku jadi inget buku Crenshaw
Mrs.kingdom17
Awalnya gak ngehh cerita ini dari sudut pandang kucing, padahal aku udah ngerasa kog anehh dia bersuara “meoong..” pas bagian kuda, owhh jadi sesama hewan. Jadi keinget kucing di rumah. Aku biasa aja ama kucing, tp kucing ya suka banget ngikutin aku. Apa aku tercium amis, entahhlahh… Nice story mba… Sayang aja…. pendek banget… Padahal masihh pengen baca… Huhuhu… Ditunggu lanjutannya Mba Lisa…
Nani Kurniasari
Salut sama para pecinta kucing dan pejuang binatang lainnya….di tengah hiruk pikuknya hidup masih peduli dengan hal yang sering orang lain abaikan
Tuty Prihartiny
Hai kak Lis, thanks to touching story. Walaupun saya alergi kucing, tapi semoga tetap memperlakukan mereka dengan patut. Kak keren banget ilustrasinya. Hebat ya kancilnya tektok, suhu gunung, laut yang jago nulis dan lukis.
Dian Restu Agustina
Saat kecil di rumah ortu pelihara kucing, biasa sampai enggak ada karena mati kucingnya baru ganti ngerawat yang baru lagi. Sayang kini di rumah sendiri enggak bisa piara kucing, anakku dua-duanya asma dan enggak bisa kena bulunya. hiks
Putri Reno
Ah BT bacanya. Bikin mewek. Anak bulu oh anak bulu. Kalian pasti kuat. Tak ada yang salah dari kalian.
Kita semua adalah makhluk Tuhan sudah selayaknya saling berbagi.
Ga nyangka juga sih Lisa bakal baut cerita ini. Nina punya Ayah dan Ibu yang baik. π
Semoga kucingnya sehat ya π
Putri Reno
Ah BT bacanya. Bikin mewek. Anak bulu oh anak bulu. Kalian pasti kuat. Tak ada yang salah dari kalian.
Kita semua adalah makhluk Tuhan sudah selayaknya saling berbagi.
Ga nyangka juga sih Lisa bakal baut cerita ini. Nina punya Ayah dan Ibu yang baik. ππ
Semoga kucingnya sehat ya ππ
Deny Oey
Abis baca ini jadi merasa berdosa karena gue salah satu orang yg suka nendang kucing. Itupun jg karena kucingnya tibaΒ² gangguin gue pas lagi makan. πππ
Agnes Nainggolan
Awalnya kepikiran kalo ini tuh cerita manusia, eh ternyata ttg kucing, hehe. Nice pov ka, kayanya ini yg banyak dirasakan oleh kucing2 jalanan yaa
Iqbal
Seru juga yah nulis pakai sudut pandang orang pertama tapi hewan… Keren
Kalena Efris
Lisaa aku suka banget tulisan kamuu. Lebay ga sih, tapi aku baca ini sampe nangis. “Nina, bawa aku pulang. Aku janji ga akan nakal.” π
Lenifey
Walaupun gaksuka kalo pas makan ada kucing. Tapi aku sering gatega kalo.liat kucing dianiaya. Huhuhu. Keren banget ceritanya. Ternyata tokohnya kucing.
Nur Husna Annisa
Aaa… Sayang, kamu diapain sama orang-orang? Kejam kali mereka ama kamu yang seharusnya jadi binatang paling lucu. Untung aja ketemu sama anak kecil dan kedua orangtuanya yang baik.
Nia Devy
Sedih banget bacanya kak, jujur aku takut kucing jadi buat nendang udah ga mungkin.
Ceritanya bikin aku terharu kak, apalagi ditambah gambarnya kayak real gitu. Semakin aku ngebayangin jalan ceritanya, apa yang dirasain hiks.
Keren banget Kak Lisa.
Sri Raditiningsih
Aku bukan pecinta kucing, tapi suka sedih kalau ada yg nendangΒ² kucing apalagi nendangnya pake tenaga. Padahal kalo gak suka diusir pelanΒ² kan bisa
Suci Margi Pangesti
Kak, aku takut kucing. Tapi aku nggak pernah nendang mereka. Paling kl dia deketin, aku cuman merinding, diem dan nangis (kalau nggak ada yg ngambil itu kucing).
Aku nggak benci, cuma entah rasanya takut aja.
Diah Sally
MyGod! ku suka tulisanmu kak. Rapi. Ceritanya juga seru. Anyway itu gambarnya hasil karya pribadi? Kalau iya, kasih credit dongs. Biar ga dicolong hehe.
Ku tunggu kelanjutannya dan gambar yang lebih banyak lagi yaa kak hehe
Dewi Setyowati
Ini bersambung ga sih..kok aku jadi penasaran…wkwk…
elsalova
Salahkah aku?
Entahlah ya
Aku suka pengen tau apa yang dipikirkan kucing kucing ini. Ada yang tak suka dia, kadang ada yang sebegitu cinta diaa. heeem
Moses Adrian
Aku salah satu orang yang agak sulit beradaptasi di dekat kucing, bukan karena tidak suka atau takut, lebih karena alergi bulu-bulu kucing yang halus. Ilustrasinya bagus, dan sudut pandang ceritanya menarik.
Harjuna
Salahkah Aku?
Aku gak terlalu suka sama kucing, kalau dideketin jadi gak nyaman gitu, apalagi diendus2 paling gak suka. hehe
Tapi ternyata serita tentang kucingnya bagus juga nih.