Perjalanan Menuju Golden Triangle
Golden Triangle
Golden Triangle atau segitiga emas merupakan daerah rawan konflik perbatasan 3 negara yang dipisahkan oleh Sungai Mekong. Ketiga negara tersebut ialah Thailand bagian utara, Laos, dan Myanmar sebagai negara pemasok opium terbesar di Asia Tenggara dan lokasi perdagangan narkotika. Kawasan Golden Triangle dibingkai oleh pegunungan bersuhu dingin. Oleh sebab itulah, cocok dijadikan ladang poppy, bunga yang menghasilkan getah bernama opium.
Kenapa disebut segitiga emas? Konon, hal ini dikarenakan kekayaan kawasan ini berasal dari emas hitam atau opium. Dalam perdagangannya, emas seringkali dijadikan alat tukar menggantikan uang.
Pada masa itu, opium digunakan sebagai bahan baku pembuatan narkotika dan obat dalam bidang kedokteran.
Chiang Rai – Chiang Saen
Jam tengah menunjukkan pukul 8. Setelah melakukan berbagai ritual pagi, aku dan Merin bergegas berjalan kaki menuju Terminal Bus Chiang Rai. Waktu tempuh hanya sekitar 15 menit dari Baan Mai Kradan, hostel tempat kami menginap.
Setelah melewati jalan raya, sebuah pasar dengan dagangan buah-buahan segar dan bunga berjejer rapi menyambut di sisi kiri jalan. Baru kemudian, aku dan Merin menemukan lokasi terminal. Ya, letaknya memang bukan di pinggir jalan raya, melainkan harus berjalan kaki lagi ke dalam sebuah jalan yang lebih kecil.
Terminal bus Chiang Rai tidak begitu besar. Saat menghampiri tempat ini di bulan Maret 2018 lalu, sedang ada renovasi di beberapa titik. Sehingga, kondisinya terlihat cukup berantakan. Hanya ada beberapa bus seukuran kopaja dan mini van yang berjejer di sini. Sedangkan Green Bus yang merupakan bus antar kota hanya datang pada jam-jam tertentu.
Aku dan Merin hendak mencari bus yang bertujuan ke Golden Triangle, namun tidak menemukannya. Kami pun menghampiri sekelompok pengemudi bus dan bertanya pada mereka. Meski dijelaskan berulang kali, aku dan Merin tetap tak mengerti jawaban yang mereka lontarkan. Apa? Chiang Saen? Songthaew? Transit?
Tak mau menyerah, aku memutuskan untuk bertanya pada petugas loket Green Bus yang berada di ujung terminal. Sedangkan Merin sibuk mencari informasi melalui gawainya.
“Gue cari info di loket Green Bus, sekalian cari tiket buat ke Chiang Mai besok. Lo cari info di sana, gimana?” Aku menunjuk ke arah loket terminal. Merin mengiyakan. Jam terus berdetak cepat, sehingga aku dan Merin memutuskan untuk berpencar dan mencari informasi.
Tak ada Green Bus menuju ataupun melewati Golden Triangle. Tapi beruntungnya, aku sudah mengantongi tiket ke Chiang Mai esok hari seharga 166 THB. Yeay!
Aku berjalan ke arah terminal, bertanya pada petugas loket terminal cara menuju Golden Triangle. Ia menjelaskan panjang lebar dalam Bahasa Inggris dengan dialek Thailand. Aku termangu beberapa saat, berusaha mencerna jawabannya. Butuh waktu cukup lama baru aku mengerti transportasi menuju Golden Triangle.
Naik bus hingga Chiang Saen (pemberhentian terakhir), kemudian disambung dengan naik songthaew menuju Golden Triangle.

Bus menuju Chiang Saen
Baiklaaaah, akhirnya aku paham juga. Senang sekali rasanya!
Aku dan Merin menaiki bus. Di tengah perjalanan, ibu kernet menagih ongkos pada kami. Saat aku bertanya berapa biaya yang harus kami bayar, ia hanya menjawab dengan bahasa setempat. Sesekali ia melemparkan senyum, manggut-manggut, dan geleng-geleng. Begitulah cara kami berkomunikasi. Dengan bahasa tubuh! Yaa, meski akhirnya, kami tetap saling tak mengerti bahasa satu sama lain. Hahaha.
Pasrah, Merin menyodorkan tangan. Menyerahkan semua uang receh yang kami punya saat itu. Empat lembar 20 THB dan beberapa koin senilai 1, 2, dan 5 THB. Ibu kernet mengambil 4 lembar uang 20 THB dan mengembalikan 6 THB pada kami.
“Khop Kun Ka…” Aku dan Merin berterima kasih pada ibu kernet, berpandang-pandangan, kemudian tertawa terpingkal-pingkal.
“Gilaaaa! Pasrah banget gue langsung nyodorin tangan ngasih semua uang kita.” Merin tertawa mengingat hal yang baru saja ia lakukan.

Bersama ibu kernet
Selama perjalanan, mataku disuguhkan oleh pemandangan kuil, bukit, kebun, dan rumah-rumah warga lokal. Ditambah, jumlah kendaraan yang tidak begitu banyak menghiasi jalan membuat perjalanan lebih nyaman karena tidak macet.
Kurang lebih pukul 11, kami tiba di Chiang Saen. Tepatnya di depan Chetawan Temple yang berseberangan dengan Chiang Saen Traditional Market. Jangan khawatir, Chiang Saen merupakan tempat pemberhentian terakhir bus. Jadi, enggak perlu takut kebablasan kalau ketiduran di jalan. Hehe.
Chiang Saen – Golden Triangle
Terdapat sebuah bale-bale di depan Chetawan Temple. Di sini, 3 buah songthaew bertuliskan “Golden Triangle” berbaris rapi. Jam keberangkatan menuju Golden Triangle bisa dilihat di papan tulis bale-bale.

Jadwal keberangkatan songthaew menuju Golden Triangle
Di papan tertera songthaew akan berangkat pukul 11:30. Aku dan Merin memutuskan untuk membeli makan siang di mini market sekaligus mengintip Chiang Saen Traditional Market. Hanya 15 menit. Namun saat kembali, songthaew telah berangkat 10 menit yang lalu. Lebih cepat dari yang tertulis di jadwal. Duh, nyesek banget rasanya! Padahal aku dan Merin sudah benar-benar memperhitungkan waktunya, tapi ya apa boleh buat. Ternyata jadwal songthaew memang bisa berubah-ubah, tergantung sang pengemudi.
Nah, bagi yang mau ke Golden Triangle menggunakan songthaew, ada baiknya memperhatikan jadwal keberangkatan dengan saksama ya.

Chetawan Temple, kuil di seberang Chiang Saen Traditional Market
Jadwal songthaew berikutnya adalah jam 12. Transportasi lain menuju Golden Triangle hanyalah taxi-meter dengan perkiraan biaya sekitar 200 THB. Duh, lumayan juga selisih 180 THB.
Karena selisih biaya yang cukup jauh, kami memutuskan untuk menunggu jadwal keberangkatan songthaew berikutnya. Ini baru hari kedua kami di Thailand, masih ada 3 hari ke depan. Karena itu, kami tak mau salah perhitungan mengelola keuangan selama di sini.

Penjual es krim di Chiang Saen Traditional Market

Penjual seafood di Chiang Saen Traditional Market
Tak mau lagi ketinggalan, kami memilih menunggu di songthaew sambil menikmati makan siang. Tiba-tiba, hal tak diduga terjadi. Jadwal keberangkatan dimajukan 10 menit menjadi jam 11:50. Yeay!

Songthaew menuju Golden Triangle
Dari Chiang Saen menuju Golden Triangle hanya memakan waktu 20 menit. Sepanjang perjalanan, mataku disuguhkan oleh pemandangan Sungai Mekong yang merupakan sungai terpanjang ke-12 di dunia.
Potret Golden Triangle, Kini
Masa-masa kelam penanaman dan penjualan opium telah berakhir. Golden Triangle kini telah berubah menjadi sebuah tempat wisata yang cukup populer.
Ada banyak hal yang bisa dilakukan di sini. Berswafoto dengan latar belakang Sungai Mekong dan monumen yang memiliki pilar-pilar berwarna keemasan. Mengunjungi kuil Buddha yang terletak di atas sebuah perahu. Melihat Laos dan Myanmar melalui teleskop. Bahkan, kita bisa juga mengunjungi Pulau Donsao di Laos dengan menyeberangi Sungai Mekong menggunakan perahu kayu.

Monumen dengan pilar-pilar berwarna emas di Golden Triangle

Sebuah patung gajah dengan latar belakang Sungai Mekong
Untuk menikmati foto-foto di tempat ini, tak sepeser pun biaya dipungut. Kita bisa memberikan uang sukarela dengan memasukkannya di kotak donasi.

Buddha Nawa Lan Tue
Di seberang Golden Triangle, toko-toko penjual souvenir berjejer rapi. Beberapa baju etnik khas Thailand Utara banyak dijual. Pun begitu dengan makanan dan barang-barang kerajinan seperti tas, dompet, dan lain-lainnya.
Taumy
Woow. Keren. Golden triangle. Banyak orang yang terkadang mencoret tujuan ini dari list karena tidak terlalu banyak apa yang bisa dilihat disana. Tapi, ke Thailand itu, enaknya wisata kuliner.
Maria Widjaja
What an adventure ya, Kak. Salut sama perjuangan kalian untuk menuju ke Golden Triangle.
Evi
Jadi kangen jajan buah-buahan disana.. Sepanjang jalan banyak pohon Leci loh Mbak.. 🙂
Tuty prihartiny
Keren Kak Lis, Si kancil di gunung ternyata Kancil juga di darat. Sepertinya ada hal- hal menarik lainnya dari trip kakak di sini, yang belum ditulis ya? Di tunggu ya kaklis kelanjutan cerita trip seru ini selanjutnya ….
AMELIA
Menarik banget buat dibaca! Pengalaman dan keseruan yang pasti gak bisa dilupakan. Boleh tau itinerary lengkapnya gak kak? Ingin sekali backpakeran kesana
Firdaus Soeroto
Keren euy traveling-nya! Abis baca ini, jadi kepengen ke Golden Triangle.
airin
Kerennn banget.. Jadi inget film city hunter, mantab
Antin Aprianti
Duh keren sekali kakak ini, mainnya jauh sekali. Percakapan sama kenek sukses bikin ngakak haha
Kartini
waaah seru banget lis perjalanan di Thailandnya. orang-orang udah pada ke Thailand aku belum tuh hahahaha. bisa jadi list nih kalo berkesempatan ke sana.
Yunita Tresnawati
Kereen ke Golden Triangle, karena banyak rumors ga enak tentang Holden Triangle aku belum ke sana juga nih, tapi dari tulisan Lisa yang asyik dinikmati sambil ngopi ini ternyata di sana aman dan baik2 saja
Putri Reno
Seruuu. pasrah banget merin ya, untung ibu ibu kernetnya baik. sepertinya masih ada part lain dari Chiang Mei dan Chiang Rei. Review tentang cafe kucing di sana donk kaka.
Galuh
Kereeen jalan2 nya, DC nya abis berapa nih?
Sally
Hahaha asik banget yaa. Kalau aku jadi kakak juga bakal ngasih semua kali yaa uangnya hahaha meni bingung juga. Next trip kemana lagi ka?
Dayu Anggoro
Keren sih ka perjalananya, dan tempatnya keliatan bagus.
cha
asik banget jalan-jalannya jauh, next trip kemana lagi ka
Merindry Eka
aah kamu membuat saya rindu Northern Thailand, kecantikan kotanya, keramahan warga lokalnya, kebodohan random kita selama 5 hari 4 malam itu :”)
Ajiza desi purnamasari
Asik juga yaa golden triangle
Penasaran kak sama ladang poppynya
Rama Murtaba
Wah keren banget kak. Bisa kepikiran buat berkunjung ke daerah pedalaman Thailand. Seumur-umur cuma tau Chiang Mai, itupun karena nonton series thailand dan banyak yg shooting dengan latar di sana. Ternyata ada banyak ya daerah dengan awalan Chiang di Thailand.
Ina
Sama bgt nih pas aku ke thailand juga ngalamin hal seperti ini agak susah komunikasi karna bahasanya ga dimengerti sama sekali, pake bahasa tubuhpun masih susah dipahami 🤣
Inez
bahasa tarzan berfungsi juga ya kalo jalan2. Asal gerak-gerak wkwkwk
Deny Oey
Songthaew itu ternyata mirip pick up dimodifikasi ya..
Sekilas mirip bemo jg sih..
Lisa Fransisca
Iya Bang, mirip bemo.
Agnes Nainggolan
Kalo travelling ke negara lain katanya selain bahasa tubuh bisa pake bahasa kalkulator juga ka buat tanya-tanya harga dan ongkos, hehe
Lisa Fransisca
Beruntung ya Kak, handphone bisa kalkulator juga jadi bisa dipakai kapanpun. Hehe.
lenifey
Dulu aku tau golden triangle dari cerita supernova dee lestari.. terus jadi penasaran..
Jadi ladang poppy nya dah gaada ya kak? Padahal pengen tahu
Lisa Fransisca
Menurut museum opium di Chiang Rai, ladang opium di Thailand udah nggak ada, Kak.
Karena pemerintahnya mengedukasi masyarakat miskin untuk mengganti ladang poppy menjadi bahan pangan.
Tapi enggak tahu ya kalau di Myanmar dan Laos, konon katanya masih ada sih. Cmiiw.
febi
pas pertama baca ada istolah golden triangle, gue langsung kepikiran ladang ganja..
terus lanjut baca, gue berharap kamu akan jalan-jalan kesitu dan sharing soal itu..hehe..
tapi overall tulisannya informatif..