“Our greatest glory is not in never falling, but in rising everytime we fall”
-Confucius, Chinese philosopher-
Perjalanan menyeberangi Sungai Mekong telah usai. Setibanya di Thailand, paspor kami dikembalikan oleh operator boat. Dengan mereka pula aku bertanya bagaimana cara menuju Hall of Opium. Museum yang mengabadikan sejarah kelam budidaya opium dan perdagangan narkoba di Golden Triangle.
Tak ada kendaraan umum menuju Hall of Opium. Hanya ada dua pilihan, menggunakan ojek atau taxi-meter. Aku dan Merin memutuskan untuk naik ojek dengan pertimbangan biaya yang lebih terjangkau. Insorm, seorang teman dari operator boat, bersedia mengantar kami menuju museum.
“Only one bike? No other person will come to ride us?” Tanyaku pada Insorm.
“Yes, only me.” Jawabnya, yang spontan membuatku dan Merin berpandang-pandangan dan tertawa. Hah? Serius nih bonceng tiga? Kok kayak cabe-cabean. Hahaha.

Udah cocok belum jadi cabe-cabean? 😛
Setelah mengucapkan selamat tinggal pada Golden Triangle dan operator boat, kami melanjutkan perjalanan menuju Hall of Opium. Di motor, aku masih tak bisa menahan tawa. Di Jakarta saja aku sudah enggak pernah bonceng tiga lagi, ealah ini di negara orang malah bonceng tiga.
“Where are you from?” Insorm dengan ramah membuka percakapan.
Merin yang posisi duduknya berada di tengah menjawab, “We are from Indonesia. Have you ever visit Indonesia?”
“No.” Jawabnya.
“You should come. We will take you around.” Jawab Merin yang disambut dengan tawa oleh Insorm.

Kondisi jalan menuju Hall of Opium
Perjalanan menuju Hall of Opium terbilang sepi. Kondisi jalan cukup berliku-liku dan naik turun. Pemandangan yang disuguhkan pun cukup menarik. Di sisi kiri dan kanan jalan, hamparan perkebunan gersang membentang luas. Adapula beberapa rumah penduduk dengan kondisi yang kurang layak.
Tiba di Hall of Opium, kami membayar ongkos ojek sebesar 70 THB dan segera memasuki pelataran museum. Harga tiket masuk museum ini adalah 200 THB. Di sini, aku dan Merin diberi petuah untuk tidak mengambil gambar apapun selama berada di dalam museum. Hiks, sayang sekali. Peraturan ini juga terpampang jelas di loket pembelian tiket.
Hall of Opium dibangun di area seluas 5,600 meter persegi pada tahun 2005 di bawah Yayasan Mae Fah Luang. Meski ditujukan untuk orang-orang dari segala bangsa dan usia, target utamanya ialah kalangan remaja dan dewasa muda. Karena di usia ini mereka rentan terhadap penggunaan obat-obatan terlarang.
Penyalahgunaan narkoba telah menjadi isu yang menjadi sorotan dunia. Dampaknya tak hanya bagi diri sendiri, keluarga, dan lingkungan, melainkan juga bagi negara.
Memasuki ruang pameran, aku menjumpai sebuah lorong panjang, gelap, dan dingin dengan diiringi instrumen musik klasik yang cukup mencekam. Di sisi kiri dan kanan tembok, terdapat ukiran-ukiran wajah manusia dengan berbagai ekspresi. Seolah-olah menggambarkan mereka tersiksa, berteriak, tercekik, dan meminta pertolongan.
Melewati ujung lorong, aku dan Merin dipersilakan oleh seorang kurator menuju ruang auditorium. Video yang berdurasi sekitar 5 hingga 10 menit itu memperlihatkan bagaimana opium masuk, dibudidayakan, dan diperdagangkan di kawasan Golden Triangle. Hingga akhirnya, Thai Royal Family datang. Mereka mendekati masyarakat secara persuasif dan melakukan edukasi mengenai penanaman bunga poppy yang dianggap ilegal. Sebagai gantinya, Royal Family mengajarkan bercocok tanam.
Baca juga: Menyeberangi Sungai Mekong ke Donsao, Laos
Usai menyaksikan tayangan di ruang auditorium, aku kembali melewati sebuah lorong gelap hingga tiba di ruang pameran lainnya. Zona ini beratapkan kubah dengan hiasan berbagai rasi bintang di langit-langitnya.
Di sini, dijelaskan mengenai Perang Opium dan perdagangannya di dunia. Dan, bagaimana Golden Triangle memasok sebagian besar heroin dunia sepanjang tahun 1960 hingga awal 1990. Saat audio bercerita, satu per satu instalasi ruang kaca yang awalnya bernuansa gelap, menyala sesuai dengan runtutan cerita.
Di ruangan berikutnya, diperkenalkan tokoh-tokoh yang erat kaitannya dengan perdagangan opium. Juga, fungsi dari opium dan obat-obatan terlarang dari segi medis. Kala itu, opium dinilai banyak membantu masyarakat dan para militer saat perang, terutama untuk menyembuhkan luka para prajurit. Adapula morfin yang dahulu digunakan para wanita untuk meredakan nyeri haid.
Obat-obatan terlarang sendiri memiliki 5 tipe, yakni:
- Opioid yang merupakan obat pereda nyeri. Contoh: morfin, heroin, kodein, hidrokodon, dan lain-lain.
- Sedatif yang merupakan obat penenang.
- Stimulan yakni obat yang menaikkan tingkat kewaspadaan dalam rentang waktu singkat. Bisa juga digunakan sebagai penawar rasa lelah, menghasilkan sensasi gembira secara berlebihan, dan menaikkan kemampuan konsentrasi.
- Halusinogen yakni obat yang menimbulkan efek halusinasi.
- Inhalan yakni senyawa yang mudah menguap dan menghasilkan efek toksik yang mirip dengan alkohol.
Di ruangan lain, aku melihat ilustrasi perdagangan opium di Sungai Mekong. Tak ketinggalan alat-alat yang digunakan untuk mengisap opium pun dipamerkan. Hal yang cukup membuat terkejut ialah alat hisap opium yang terbuat dari gading gajah. Tak bisa dibayangkan, gajah diburu gadingnya untuk membuat alat hisap yang justru merusak fungsi organ tubuh manusia. Sama saja dengan melukai makhluk lain untuk melukai diri sendiri bukan?
Oh iya, adapula ilustrasi bagaimana mengolah getah opium. Getah opium bisa dijual dalam keadaan mentah dan diproses menjadi candu siap konsumsi. Jika getah ini diekstrak, akan menghasilkan morfin. Dan apabila diekstrak lebih lanjut, akan menghasilkan heroin. Limbah ekstraksi ini jikalau diolah lagi akan menjadi sabu-sabu.
Di Zona Efek Opium, aku mendapati instalasi patung-patung dan audio saat seseorang mengonsumsi opium dan obat-obatan terlarang. Apa dampak halusinasi yang didapatkan dan bagaimana efek candunya merusak fungsi organ tubuh.
Di ruang pameran bagian akhir, Hall of Reflection, aku mendapati kutipan-kutipan dari para filsuf dunia dan kepercayaan dari berbagai agama mengenai cara memandang hidup. Di ruangan ini pula, foto-foto Royal Family dipampangkan.
“Remember that there is always a limit to self-indulgence, but none to self-restraint”
-Mahatma Gandhi-
Sesaat sebelum keluar dari museum, ada sebuah kotak saran menunggu untuk diisi. Aku dan Merin menuliskan sebuah kesan menyenangkan dan rasa terima kasih atas pelajaran berharga yang kami dapat di museum ini. Menurutku, kombinasi multimedia dengan berbagai instalasi dan audio visual menjadikan museum ini menarik untuk dikunjungi. Terima kasih, Hall of Opium!

Tempat berbelanja souvenir dan kafe

Area merokok di bagian belakang museum

Shuttle bus yang siap mengantar hingga pintu gerbang Hall of Opium
Buat kamu yang berencana untuk mengunjungi Golden Triangle, yuk sempatkan untuk mengunjungi museum ini. Akan ada banyak pengetahuan disertai perasaan yang campur aduk –kagum, takut, haru, dan penasaran– yang bisa kamu temui di sini loh.
“He who conquers many thousand men in battle is not the noble victor. But he who conquers himself is indeed the noblest victor”
-Buddhist proverb-
Gina
Baru kali ini denger tentang hall of opium, menarik banget yah. Cuma tau istilah Opium lewat film-film, tapi ternyata sedahsyat itu sejarahnya
Maria Widjaja
“… “terdapat ukiran-ukiran wajah manusia dengan berbagai ekspresi. Seolah-olah menggambarkan mereka tersiksa, berteriak, tercekik, dan meminta pertolongan.” – 11Des18 08:27am
Kak, apakah ada penjelasan terakit makna yanghendak disampaikan oleh ukiran-ukiran ini?
lisa fransisca
Hi, Kak Mar. Kemarin enggak lihat karena lorong gelap dan begitu keluar langsung diajak ke ruang auditorium.
Tuty prihartiny
Saya membaca tulisan KakLis dengan ‘keprihatinan’ mengingat clients saya yang kecanduan narkoba dan saat praktikum ke RSKO untuk mata kuliah tentang penyalahgunaan obat dan narkotika…..
Taumy
Itu di tempat jual souvenir apakah ada yang menjual 5 tipe obat terlarang tersebut? Pastinya dalam bentuk souvenir juga
lisa fransisca
Sayangnya enggak mampir ke toko souvenirnya, Mas. Karena ngejar bus ke Chiang Rai yang cuma sampai jam 5 sore.
ristiyanto
Selain ada Hall of Fame ternyata ada juga istilah Hall of Opium.
Jadi penasaran seperti apa tempatnya, pasti restricted area banget karena gak boleh foto-foto.
Derus
waah ternyata ada museumnya yak bagus banget tuh.. bener utk anak remaja biar tau bahayanya opium.. mungkin krn perang opium td berdampak ke beberapa negara yaa,, semoga dgn adanya museum ini org2 jadi sadar akan bahayanya
Muti
Aku ngebayangin kerennya dukungan teknologi multimedia di museum ini. Tapi idenya keren juga yah Hall of opium ini.
Dewi Setyowati
Wah sayang banget ya ga boleh foto-foto. Mungkin foto orang tersiksa akibat opium itu bisa dipakai buat sarana edukasi anti narkoba dll. Hehehe..
agusonpapers
Suasanya kaya di indonesia juga ya…di daerah sukabumi gitu…..yang saya salut malah kok bisa bisanya kepikiran opium di jadiin museum…hebat…nyaman lagi penyajiannya, tempatnya, lokasinya, dsb…
Ifa Mutia
Hall of opium, bagus idenya untuk sarana edukasi tentang bahaya narkoba. Saya yakin ini akan bisa lebih diserap oleh pengunjung daripada hanya sekedar penyuluhan.
Yunita Tresnawati
Waktu di Bee Farm Bangkok kemarin, dijelaskan madu yg mereka kemas diambil dari bunga opium. Bunganya berasal dari bekas golden triangle itu. Duh aku pengen banget menyusuri 3 negara di aliran sungai Mekong. Thailand akan segera mengoperasikan kereta cepat yang akan menghubungkan 3 negara ini
Firdaus Soeroto
“Penyalahgunaan narkoba telah menjadi isu yang menjadi sorotan dunia. Dampaknya tak hanya bagi diri sendiri, keluarga, dan lingkungan, melainkan juga bagi negara.”
gak tau kenapa, poin ini buat saya sedih. Ah reseh!
Inez Dwijayanti
thanks sharing nya lisa..
semoga banyak ya generasi muda yang berkunjung ke sana.
airin
Aku langsung keinget film city hunter… Seru banget pasti berpetualang di negeri segitiga emas
Iqbal
Perang Opium ini sama gak ya sama Perang Candu yang di film Samurai X? Kayaknya sama, berarti perangnya sampai ke Jepang juga ya
Dayu Anggoro
Keren ka, bisa mengunjungi tempat-tempat yang sepertinya ga terlalu tenar di Thailand.
Dian Restu Agustina
What? Bonceng tigaaa.
Keren banget museum candunya, tapi dari sekitar sepertinya sepi ya…Apa jauh dari mana-mana lokasinya?
Padahal bagus..Cocok banget buat tujuan study tour dll, biar anak muda berpikir ulang jika ingin mencoba candu dan sejenisnya.
beni
Baca artikel ini kayak ngebayangin waktu baca novel supernova-nya Dee. Akar.
Jadi nambah pengetahuan sy ttg asal muasal heroin dan sabu-sabu.
Nice kak
Kelanakucom
Artikel yang menarik Kak. Baru Tau kalau ada museum macem gini. Bagus banget infonya, jadi melek tentang jenis-jenis obat-obatan terlarang. 😀
CerdasDenganUangmu
Keren ka, jadi tau banyak abis baca artikel ini. Mantapp
lenifey
Keren kak infonya.. baru tahu getah opium dari ekstrak sampai limbah bisa jadi obat-obatan terlarang semua.. seneng banget sih baca ini.. karena biasanya orang tuh kalo ke thailand kan mainstream banget.. ini sampai main ke golden triangle.. aku penasaran golden triangle gara2 baca novel supernova. Hahaha