Kususuri setapak demi setapak bibir pantai sore ini. Sinar matahari mulai beranjak turun, bosan mengecupi kulitku yang semakin memerah. Sesekali, kubenamkan kaki dalam pasir yang terasa hangat. Kepiting-kepiting kecil berlarian, menjauh dari telapak kakiku. Jauh ke tengah lautan, aku melayangkan pandang. Menikmati suguhan birunya laut yang memanjakan mata.

Tiba-tiba, sebuah benda tersangkut di jemari kaki. Pandanganku beralih. Dari birunya laut menjadi sebuah benda kecil berwarna transparan.

“Wah, sampah plastik datang dari ombak.” Aku mengernyitkan dahi, menatap benda yang terapung-apung di kaki.

Aku mengambil plastik itu. Memasukkannya ke dalam tas waterproof-ku, hendak membawa pulang dan membuangnya nanti. Mau bagaimana lagi? Tak ada tempat sampah di sini.

Seketika pikiranku melayang ke berita yang sempat viral beberapa waktu lalu. Di sebuah pantai di Kecamatan Buleleng, Bali, ditemukan jasad seekor penyu mati di laut. Penyebab kematiannya? Tersedak sampah plastik.

***

 

Apa sih plastik itu?

Plastik adalah senyawa polimer yang terbentuk dari polimerisasi molekul-molekul kecil. Molekul-molekul ini dikenal dengan monomer. Monomer dapat berikatan secara kimia dengan monomer lainnya untuk menyusun molekul polimer yang panjang dan berulang-ulang. Umumnya, plastik terdiri dari polimer karbon saja atau dengan oksigen, nitrogen, klorin, dan belerang.

 

Penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari

Plastik memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Benda ini sering dijadikan pembungkus makanan, kemasan botol mineral, sedotan, kantong belanja, suku cadang mobil, dan lainnya. Namun, penggunaannya yang berlebihan kini tengah mencemari bumi. Dengan banyaknya sampah plastik, diprediksi jumlahnya akan melebihi populasi ikan di lautan pada tahun 2050.

Setiap hari, semakin banyak kemasan plastik sekali pakai yang diproduksi, digunakan, dan dibuang. Bukan itu saja, hal apapun yang berkaitan dengan plastik dapat mencemari bumi. Mulai dari dampak ekstraksi bahan bakar fosil untuk memproduksi plastik, racun yang terlepas ke lingkungan saat plastik dibakar, hingga menghancurkan kehidupan laut.

 

Berapa lama plastik terurai?

Kantong plastik membutuhkan waktu 10 hingga 12 tahun untuk hancur. Sementara botol plastik butuh 20 tahun untuk terurai. Hal ini disebakan oleh polimer botol plastik yang lebih kompleks dan tebal.

Jika dalam satu hari saja kita menghasilkan berlembar-lembar sampah plastik, ada berapa banyak sampah yang dihasilkan Jakarta setiap harinya dengan jumlah penduduk kurang lebih 12.7 juta jiwa? Itu baru Jakarta saja lho, belum seluruh penduduk dunia. Kebayang enggak sih?

 

4 Cara sederhana mengurangi sampah plastik

Kamu suka ikut kegiatan membersihkan pantai bersama kelompok-kelompok peduli lingkungan? Atau naik gunung dan membawa turun sampah-sampah yang berserakan di sana? Keren! Tapi, ada juga lho beberapa cara sederhana untuk mengurangi sampah plastik. Hal ini bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti:

1. Membawa tumbler atau botol minum

Sudahkah kamu terbiasa membawa botol minum jika bepergian? Jika belum, yuk mulai dibiasakan dari sekarang. Lumayan kan bisa mengurangi 1 botol plastik air mineral. Sayang ya, water vending machine masih sulit ditemui di sini. Semoga saja ke depannya perusahaan air minum juga mulai mengeluarkan water vending machine sehingga kita bisa lebih mudah mengisi ulang air saat bepergian. Bisa mengurangi penggunaan sampah plastik juga tentunya.

2. Membawa wadah atau tempat makan

Hayooo, siapa di antara kamu yang suka jajan? Sepertinya semua orang suka jajan ya. Alangkah lebih baik, memulai menggunakan tempat makan sebagai wadah penampungnya lho.

Kalau mau belanja ke pasar, kita bisa mengganti plastik untuk membeli daging dan ikan dengan tempat makan. Terlihat memang lebih ribet, tapi demi bumi yang lebih baik, enggak apa-apa kan? Ribet itu hanya permulaan kok, lama-kelamaan juga terbiasa.

3. Mengganti sedotan plastik dengan sedotan stainless

Ada yang suka nongkrong di kedai kopi dan memesan minuman dingin? Green tea latte? Mocha frappucino? Atau ice lemon tea? Hmm pasti nikmat ya. Sayangnya untuk menikmati minuman-minuman ini, kita akan disuguhkan sebuah gelas kemasan sekali pakai dan sedotan plastik. Nah, mulai sekarang kita bisa minta untuk mengganti gelas kemasan dengan tumbler yang kita bawa sendiri.

Bagaimana dengan sedotannya? Tenang, bisa diganti dengan sedotan stainless. Sekarang sudah mudah ditemukan kok. Bahkan, ada sikat pembersihnya juga.

Masih ingat video seekor penyu di Kosta Rika yang hidungnya tersangkut sedotan plastik? Video yang diunggah oleh Christine Figgener, seorang ahli biologis kelautan dan timnya, di bulan Agustus 2015 ini seakan mengoyak perasaan orang-orang yang menontonnya. Penyu yang termasuk dalam daftar spesies yang terancam punah ini kesulitan bernapas karena sedotan plastik tersebut menyumbat saluran pernapasannya.

Dengan sebuah pisau lipat, para ahli biologis mencoba menarik sedotan itu dari hidungnya. Darah segar mengalir membasahi hidung penyu. Ia pun terus meronta-ronta. Bisa kamu bayangkan bagaimana penderitaan si penyu? Enggak ada gunanya lho mengutuki kejadian itu. Yuk, mulai mengganti sedotan plastik dengan sedotan stainless.

4. Membawa totebag atau tas belanjaan sendiri

Di tahun 2016 pemerintah Indonesia pernah menerapkan biaya untuk penggunaan plastik di retail-retail. Sayangnya, hal tersebut tak berlangsung lama. Masyarakat kini tak lagi mengindahkan penggunaan berlebihan kantong plastik.

Tak apa jika masyarakat lupa. Mari kita ingatkan lagi bahaya plastik yang digunakan secara berlebihan. Dampak buruknya terhadap lingkungan, dan memberi contoh untuk selalu membawa tas belanjaan sendiri. Enggak sulit kok. Mulai dari sekarang yuk, siapa tahu ke depannya penggunaan sampah plastik semakin berkurang. Dengan begitu, kita juga bisa mewariskan bumi yang tetap terjaga kepada anak cucu kita.

Oh iya, menurut kamu, bagaimana cara sederhana mengurangi sampah plastik? Tulis di kolom komentar ya, siapa tahu kita bisa bertukar pikiran mengenai hal ini. Aku juga mau tahu pendapatmu lho.

“Only after the last tree has been cut down.

Only after the last river has been poisoned.

Only after the last fish has been caught.

Only then will you find that money cannot be eaten.”

-Cree Indian Prophecy-

Recommended Posts