Selain memiliki pantai yang indah dan eksotis, Pacitan, kota yang terkenal dengan batu akik ini memiliki sebuah objek wisata yang tak kalah menarik untuk dikunjungi, yaitu Goa Gong. Bersama dengan teman-teman dari Komunitas Backpacker Jakarta, aku mengunjungi goa ini sebagai tempat persinggahan berikutnya setelah asyik menikmati malam yang sunyi dan indah di Pantai Banyutibo.

DCIM101GOPROGOPR5837.

Nama Goa Gong berasal dari gunung yang berada di daerah ini, yaitu Gunung Gonggongan. Disebut demikian karena pada zaman dahulu, masyarakat setempat sering mendengar suara bunyi-bunyian yang dipercaya berasal dari makhluk halus seperti suara gamelan, Reog, bahkan suara tangis dari gunung tersebut yang berbunyi, “gong, gong, gong”. Namun secara geologi, bunyi yang menyerupai suara gong tersebut merupakan suara bebatuan yang runtuh.

IMG-20170222-WA0024

Goa Gong ditemukan oleh Mbah Noyo Semito dan Mbah Joyo sekitar 60 tahun silam. Saat itu di Dusun Pule, Pacitan, dilanda kemarau panjang sehingga masyarakat mengalami kesulitan mendapatkan air untuk keperluan sehari-hari. Karena hal itulah, Mbah Noyo Semito dan Mbah Joyo memasuki goa dengan obor seadanya untuk mencari sumber air. Tak disangka-sangka, mereka menemukan beberapa sendang di dalam goa ini.

Memasuki Goa Gong, aku disambut oleh keindahan stalaktit dan stalakmit yang menghiasi langit-langit dan dinding goa. Cahaya lampu berwarna-warni selain membuat goa ini terlihat lebih cantik, membuatku bisa mengamati dengan jelas berbagai bentuk stalaktit, stalakmit, dan flowstone yang unik di dalamnya. Ratusan anak tangga yang merupakan jalur masuk goa memudahkan aku dan teman-teman untuk menyusuri goa yang katanya terindah di Asia Tenggara ini.

Goa Gong Pacitan 3

Terdapat 7 ruangan di dalam Goa Gong, yaitu Taman Bidadari, Selo Citra Cipta Agung (batu lambang ciptaan Yang Agung),  Selo Dudur Langit (batu penyangga langit-langit bumi), ruang marmer, ruang kristal, ruang pertapaan, dan yang terakhir adalah ruang dimana terdapat “batu gong” dengan bentuk menyerupai tirai. Batu ini jika dipukul akan menghasilkan suara dentuman seperti bunyi gong. Tetapi ingat ya, jangan memukul batu ini terus-menerus. Selain bisa merusak stalakmit dan stalaktit karena bakteri yang terdapat di tangan kita, memukul terus-menerus bisa mengakibatkan goa runtuh.

Goa Gong Pacitan 212
Kolam besar yang dilapisi flowstone (batu alir, yang juga merupakan onamen goa). Flowstone ialah kalsit yang terdeposisi pada lorong goa.

Di dalam Goa Gong terdapat 4 sendang, yaitu Sendang Kamulyan yang dipercaya dapat menyebabkan awet muda karena banyak mengandung kapur, Sendang Larung Nista, Sendang Panguripan yang memiliki arti pemberi kehidupan, dan Sendang Jampi Raga yang dipercaya untuk obat.

Air yang terdapat di sendang-sendang ini terlihat sangat jernih. Fitri, teman seperjalananku, menyempatkan diri turun ke sendang untuk mencuci muka. Ia berkata bahwa air tersebut terasa sangat segar. Karena banyaknya pengunjung yang percaya jika melemparkan koin ke dalam sendang maka akan dijauhkan dari kesialan, aku menjumpai banyak kepingan-kepingan koin bertebaran di dasar sendang.

 



Stalaktit dan stalakmit di Goa Gong masih terus bertumbuh. Pertumbuhannya dipacu dari aliran air yang melewati rongga-rongga batu. “Tetapi jika ditilik secara geologi, stalakmit adalah karang dari lautan yang terdampar. Prosesnya terangkat ke daratan memakan waktu kurang lebih 10-15 juta tahun, sehingga akhirnya menempel di daratan.” Ibu Eti, pemandu kami, menceritakan mengenai asal-usul terbentuknya stalakmit.

Menurut penuturan beliau, stalakmit di Goa Gong memiliki berbagai bentuk yang unik. Ada yang menyerupai bunga tulip, kuping gajah, pare, brokoli, bahkan ada yang menyerupai jari tangan. Kandungan yang terdapat pada stalakmit juga berbeda-beda. Ada yang berwarna putih karena mengandung kalsit. Dan ada pula yang berwarna kuning karena mengandung marmer.

Setelah asyik menjelajahi Goa Gong dengan berbagai ornamennya yang berbentuk unik, di bagian luar aku menjumpai sebuah pasar lokal yang menjual berbagai aksesoris khas Pacitan. Barang-barang yang dijajakan tak hanya batu akik yang dibuat menjadi batu cincin, melainkan adapula yang menjadi liontin dan bros untuk disematkan bagi pengguna hijab. Selain itu, ada juga kios-kios yang menjajakan makanan ringan khas Pacitan seperti pisang sale, jenang dodol, kolong klitik yang terbuat dari singkong dan berbentuk menyerupai donat (mirip dengan lanting), tahu tuna, dan lainnya.

DCIM101GOPROGOPR5834.
Pasar lokal yang menjual berbagai aksesoris

 

DCIM101GOPROGOPR5835.
Kios-kios yang menjajakan batu akik. Batu akik yang paling terkenal di Pacitan adalah batu akik kalsedon.

 

DCIM101GOPROGOPR5832.
Tak hanya batu akik, makanan dan oleh-oleh khas Pacitan juga dijajakan

Recommended Posts