desa-sade

Sade merupakan salah satu desa adat suku Sasak, suku asli Lombok, yang terletak di Rembitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Akses menuju desa ini sangat mudah, hanya 15 menit dari bandara. Letaknya yang berada di pinggir jalan, memudahkan kita untuk menemukan desa yang masih memegang teguh adat istiadat leluhur ini.

Ketika memasuki desa, kita akan disambut oleh penduduk yang menawarkan jasa sebagai pemandu dengan bayaran sukarela. Desa ini hampir selalu ramai oleh pengunjung, terutama di musim liburan.

Penduduk di Desa Sade berjumlah 700 orang dan terdiri dari 150 kepala keluarga. Ketujuh ratus penduduk tersebut masih merupakan satu keturunan keluarga, sehingga banyak penduduk yang menikah dengan sepupunya sendiri. Namun, tak menutup kemungkinan untuk menikah dengan orang yang berasal dari luar Desa Sade. Hanya saja mahar yang harus dibayarkan lebih mahal harganya.

Rumah Tradisional

DCIM102GOPROGOPR0757.
Rumah di Desa Sade

img-20160508-wa0043
Lumbung Padi

Setiap bangunan di Desa Sade, baik masjid, rumah, lumbung padi, dan tempat pertemuan umum, terbilang unik. Atapnya terbuat dari kayu atau bambu dan alang-alang yang disusun 3 lapis agar tak mudah bocor saat hujan. Sedangkan temboknya terbuat dari sekam padi dan lantainya dari tanah liat.

Untuk mengepel lantaipun, caranya cukup unik, yaitu dengan menggunakan kotoran kerbau. Katanya, kotoran kerbau dapat membuat lantai rumah terasa hangat, dan juga berfungsi sebagai perekat ubin yang retak.

Kepercayaan

Penduduk Desa Sade menganut Islam Wetu Telu yang berarti tiga waktu. Mereka menjalankan sholat hanya tiga kali dalam sehari. Kepercayaan ini masih dipengaruhi oleh ajaran animisme, dinamisme, Hindu, dan Budha. Namun, karena gencarnya para pendakwah menyebarkan ajaran agama Islam yang sepatutnya, masyarakat desa kini telah menjalankan sholat lima waktu.

Mata Pencaharian

img-20160508-wa0037-01
Belajar menenun, supaya bisa nikah 😛 (pho

img-20160508-wa0051
DCIM102GOPROGOPR0754.
Souvenir yang dijual di Desa Sade

Sebagian besar penduduk Desa Sade bermata pencaharian sebagai petani, penjual souvenir, dan penjual kain tenun. Barang-barang yang dijual merupakan hasil kerajinan tangan mereka sendiri. Pada usia 9 tahun, anak perempuan di Desa Sade telah diajarkan cara menenun. Hal ini juga merupakan syarat jika seorang perempuan Sade ingin menikah. Jika tak bisa menenun, maka ia tak akan bisa menikah.

DCIM102GOPROGOPR0749.

Alat yang digunakan untuk menenun kain masih tradisional. Bahan yang digunakan untuk memintal benang terbuat dari kapas. Sedangkan untuk pewarna kain, mereka menggunakan bahan alami yang berasal dari tumbuhan. Dalam satu minggu, seorang perempuan Desa Sade dapat menghasilkan setidaknya satu kain tenun, tergantung dari tingkat kerumitannya.

Adat Pernikahan

Dalam adat pernikahan Suku Sasak, tidak dikenal sistem melamar. Bagi mereka, melamar dianggap melanggar adat. Apabila ingin menikah, maka laki-laki harus mengajak wanita yang ingin dinikahinya untuk kawin lari. Eits, tapi jangan coba-coba kawin lari ya kalau kamu bukan merupakan Suku Sasak asli, hehe.

Setelah menikah, kedua mempelai harus tinggal di sebuah bilik kecil yang dinamakan Bale Kodong sampai mereka mampu membangun rumah yang lebih besar. Bale sendiri memiliki arti rumah, dan kodong memiliki arti kecil.

Motif Tenun

img-20160508-wa0046

Motif tenun yang paling terkenal dari Desa Sade ialah motif orang menari di samping lumbung padi. Motif tersebut menggambarkan masyarakat Desa Sade yang menari bahagia ketika panen mereka berhasil. Karena, akan ada banyak padi yang bisa disimpan di dalam lumbung.

Hanya perempuan yang diperbolehkan masuk ke dalam lumbung padi. Karena menurut kepercayaan setempat, jika perempuan masuk ke dalam lumbung padi, maka akan menambah rezeki. Sedangkan jika laki-laki yang masuk, maka akan mengurangi rezeki.

Recommended Posts